Titik Panas di Kaltim Meningkat pada Akhir Pekan
Balikpapan – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan mendeteksi 34 titik panas tersebar di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), sehingga pihak terkait diimbau melakukan penanganan.
“Sebanyak 34 titik panas ini terpantau sepanjang Sabtu kemarin (39/3) mulai pukul 01.00 hingga 24.00 WITA,” ujar Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Balikpapan Diyan Novrida, Minggu (31/3/2024) dikutip dari Antara.
Sebaran titik panas ini telah disampaikan ke pihak terkait seperti Masyarakat Peduli Api, Manggala Agni, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Penyelamatan dan Pemadaman Kebakaran baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, agar dapat dilakukan tindakan lebih lanjut.
Ia juga mengatakan bahwa jumlah 34 titik panas ini mengalami peningkatan drastis ketimbang hari sebelumnya, Jumat (29/3), yang hanya terpantau empat titik dan tersebar di dua kabupaten yakni di Kutai Timur ada tiga dan di Kabupaten Berau satu titik.
Sedangkan 34 titik panas yang terpantau sepanjang Sabtu kemarin tersebar pada empat kabupaten yakni Paser (2), Kutai Timur (18), Kutai Kartanegara (13), dan Kabupaten Berau (1).
Rinciannya adalah di Paser yang terdapat dua titik berada di Kecamatan Batu Sopang dengan tingkat kepercayaan menengah, satu titik di Berau berada di Kecamatan Sambaliung, juga dengan tingkat kepercayaan menengah.
Di Kutai Timur yang terdapat 18 titik, lanjutnya, tersebar pada empat kecamatan yakni Sangatta Utara (1), Bengalon (14) Karangan (1), dan Kecamatan Kaubun (2), semuanya juga memiliki tingkat kepercayaan menengah.
“Di Kabupaten Kutai Kartanegara yang terdapat 13 titik tersebar pada lima kecamatan yaitu Anggana (4), Kenohan (2), Loa Janan (3), Sanga-Sanga (2), dan Kecamatan Sebulu (1), semuanya memiliki tingkat kepercayaan menengah,” kata Diyan.
Mengingat jumlah titik panas mengalami peningkatan, maka ia mengimbau semua pihak selalu waspada dan saling mengingatkan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), seperti tidak melakukan pembakaran saat mengelola lahan.
“Kewaspadaan perlu dilakukan karena sejumlah kawasan masih mengalami cuaca panas dalam beberapa hari berturut-turut, sehingga dapat menyebabkan ranting dan daun mengering yang rawan terjadi karhutla saat terkena percikan bara, apalagi api,” katanya.