Harga Pangan Merangkak Naik Seiring Musim Hujan

SELISIK.ID

Harga sejumlah bahan pangan mulai merangkak naik seiring datangnya musim penghujan. Kenaikkan harga bahan pangan terjadi untuk komoditas bawang merah, cabai merah, telur ayam, hingga kacang-kacangan.

Di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan, sejumlah pedagang mulai mengeluhkan harga sayuran yang mulai melambung akibat musim hujan. Menurut laporan Liputan6.com, harga jual beberapa jenis sayuran daun, semisal bayam dan kangkung, pun turut naik.

Di sisi lain, penurunan harga justru dialami komoditas cabai seperti cabai rawit merah, cabai rawit hijau dan cabai merah keriting.

Menurut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, kenaikkan harga bawang merah ukuran sedang mulai terjadi dalam lima minggu terakhir.

Harga komoditas tersebut tercatat mencapai Rp21.800 per kilo gram pada pekan keempat Oktober. Namun pada pekan ketiga November, harga bawang merah telah mencapai Rp26.250 per kg.

Kenaikan harga berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya, namun di sejumlah wilayah, kenaikannya bahkan mencapai dua kali lipat.

Di wilayah Sumatra, PIHPS mencatat kenaikkan tertinggi terjadi di Kota Bukittinggi, Kota Tanjung Pinang, Kota Batam, Kota Padang, Kota Jambi, dan Kota Dumai

Tingginya intensitas hujan yang mengguyur wilayah Sumatra Barat sejak akhir Oktober 2018 berpengaruh pada tingkat inflasi.

Anggota Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumbar, Bimo Epyanto, menyebutkan bahwa kenaikan harga sejumlah komoditas menyumbang kontribusi dalam mendongkrak angka inflasi.

Setelah mengalami deflasi selama dua bulan berturut-turut, Agustus-September, Sumbar mencatatkan inflasi pada Oktober sebesar 0,81 persen (bulan ke bulan/mtm). Angka ini naik dibandingkan capaian September 2018 yang mengalami deflasi sebesar 0,30 persen (mtm).

Cabai merah misalnya, mengalami kenaikan harga karena seretnya pasokan dari sentra produksi akibat cuaca buruk. Harga beras juga melonjak karena hujan deras menghambat panen dan menghalangi proses pengeringan gabah.

“Penyumbang inflasi terutama beras, cabai merah, bawang merah, telur ayam, dan daging ayam ras. Bulog selama Oktober juga melakukan operasi pasar untuk komoditas beras sebanyak 1.141 ton,” jelas Bimo dalam Republika.

Di Jawa Timur, Jawa Pos melaporkan kenaikan harga ikan tawar sudah berlangsug sejak satu bulan terakhir. Kenaikan harga terjadi pada jenis ikan air tawar seperti nila dan bandeng yang stoknya makin menipis. Harga jualnya pun mengalami kenaikan Rp3.000 hingga Rp5.000 per kg.

Seorang pedagang ikan di Pasar Setonebetek, Kediri, Antok Purwanto, mengatakan pasokan ikan di pasar tersebut berasal dari Lamongan, Gresik, dan Sidoarjo. Wilayah itu merupakan lokasi tambak nila dan bandeng terbesar di Jawa Timur.

Namun hujan yang melanda tiga wilayah tersebut membuat kondisi tambak tidak normal.

Stok pangan aman

Kendati sejumlah harga pangan mulai naik, Kementerian Pertanian menjamin pasokan daging ayam, daging sapi, dan telur aman sampai akhir tahun. Ketersediaan ketiga komoditas merupakan kebutuhan penting jelang natal dan tahun baru 2019.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita, menyatakan berdasarkan perhitungan kebutuhan dan ketersediaan daging sapi, daging ayam, dan telur ayam ras dalam kondisi surplus.

“Sehingga kondisinya sangat aman menjelang natal dan tahun baru,” kata Diarmita dalam keterangannya, Kamis (22/11).

Kementan mencatat, produksi daging ayam diprediksi surplus sebanyak 466.445 ton dengan rataan per bulan sebanyak 38.870 ton. Hal itu dihitung berdasarkan potensi produksi daging ayam tahun 2018 sebanyak 3,51 juta ton, dibandingkan proyeksi kebutuhannya sebesar 3,05 juta ton.

Sementara ketersediaan dan kebutuhan daging sapi dan kerbau, Kementan juga memperkirakan terdapat surplus sebanyak 11.219 ton dengan prediksi kebutuhan nasional sebanyak 55.305 ton dipenuhi oleh produksi sapi lokal 35.845 ton dan impor daging sekitar 30.679 ton.

Kementan memastikan ketersediaan daging sapi atau kerbau mencukupi, meski sebagian harus dipenuhi dari impor. Komponen impornya itu antara lain berasal dari sapi bakalan sebanyak 18.217 ton atau setara 91.543 ekor sapi dan impor daging sapi atau kerbau sebanyak 12.462 ton.

Sementara untuk telur, Kementan juga mengitung terdapat potensi surplus telur sebanyak 795.071 ton atau rata-rata 66.256 ton per bulan. Potensi produksi telur tahun 2018 sebanyak 2.561.481 ton, atau dengan rerata produksi per bulan sebanyak 213.457 ton. Sedangkan proyeksi kebutuhan telur tahun 2018 sebanyak 1,76 juta ton atau dengan rerata bulanan sebanyak 147.201 ton.

Diarmita mengungkapkan, aparat keamanan akan membentuk tim untuk berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk memantau ketersediaan pasokan dan harga pangan strategis menjelang dan selama natal dan tahun baru 2019.

“Kami harap dengan pasokan yang cukup, masyarakat dapat merayakan natal dan tahun baru dengan tenang,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Dharma Jaya, Johan Ramadhon, menegaskan kebutuhan daging di DKI Jakarta untuk Natal hingga tahun baru 2019 masih dalam kondisi aman.

Pasokan daging ayam ke pasar-pasar di DKI Jakarta sebagian besar dipasok dari peternak mandiri dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Jawa Barat, dan Lampung.

Dharma Jaya juga menyediakan kebutuhan daging dan ayam untuk program pangan bersubsidi yaitu masyarakat penerima bantuan pangan bersubsidi.

“Untuk kebutuhan pasar kami jamin sesuai dengan kemampuan pasok yang dimiliki,” kata Johan. (*)

You might also like