Selisik.id – PSSI mempertimbangkan tidak lagi menggelar pertandingan sepak bola pada malam hari usai terjadi tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, yang menewaskan ratusan orang.
Ratusan suporter dan dua polisi tewas dalam tragedi yang terjadi usai saat laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10) malam.
“Tentu dengan peristiwa ini terjadi di malam hari, dengan adanya saran untuk mempercepat atau tidak dilangsungkan di malam hari ini akan menjadi pertimbangan yang akan diakomodir PT LIB,” kata Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi di Jakarta, dikutip dari CNNIndonesia.com, Minggu (2/10).
Yunus berkata, PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) dan PSSI mempertimbangkan keamanan menggelar pertandingan malam hari usai peristiwa di Kanjuruhan.
Sekitar 130 orang suporter dan dua polisi tewas di Stadion Kanjuruhan. Peristiwa ini berawal dari kekalahan Arema FC dari Persebaya dengan skor 2-3 pada laga kemarin malam.
Kekalahan itu jadi yang pertama dialami Arema sejak 23 tahun terakhir. Kemudian para suporter merangsek memasuki lapangan pertandingan.
Polisi menghalau para suporter tersebut, salah satunya dengan menembakkan gas air mata ke arah kerumunan suporter.
Kepanikan terjadi, memicu para suporter berbondong-bondong ke luar stadion. Di tengah kepanikan itu banyak suporter mengalami sesak nafas karena gas air mata, terjatuh dan terinjak-injak.
Kepolisian menyebut 130 orang tewas dalam tragedi Kanjuruhan. Dari jumlah itu belasan korban disebut masih anak-anak.
Para korban tewas dan luka dievakuasi ke sejumlah rumah sakit di Kabupaten Malang, di antara RS Wava Husada dan RS Saiful Anwar.
Menko Polhukam Mahfud MD menyebut, gas air mata dilepaskan karena penonton mengejar para pemain. Penonton kecewa karena Arema dikalahkan Persebaya.
Gas air mata dilepaskan menurut Mahfud demi alasan keamanan pemain.