Dua Pendaki Tewas di Gunung Everest, Tiga Lainnya Masih Hilang
Selisik.id – Sejumlah pendaki dilaporkan tewas saat mendaki Gunung Everest, Kamis (23/5). Korban jiwa di gunung tertinggi di dunia musim ini menjadi empat orang.
Seorang pendaki asal Kenya Joshua Cheruiyot Kirui (40) dan pemandunya yang berasal dari Nepal Nawang Sherpa (44) kehilangan kontak pada Rabu (22/5) pagi. Tim pencari dikerahkan di gunung setinggi 8.849 meter itu.
“Tim telah menemukan pendaki Kenya tewas di antara puncak dan Hillary Step, namun pemandunya masih hilang,” kata Khim Lal Gautam, kepala kantor lapangan departemen pariwisata di base camp, dikutip dari AFP.
Pendaki Nepal lainnya, Binod Babu Bastakoti (37) meninggal pada ketinggian sekitar 8.200 meter kemarin.
Tim masih mencari seorang pendaki asal Inggris berusia 40 tahun dan pemandunya asal Nepal yang hilang pada Selasa (21/5) pagi setelah tumpukan salju runtuh saat mereka turun dari puncak Everest.
Seorang pendaki Rumania tewas di tendanya pada hari Senin (20/5) lalu saat berupaya mendaki Gunung Lhotse, gunung tertinggi keempat di dunia.
Everest dan Lhotse berbagi rute yang sama hingga menyimpang sekitar 7.200 meter.
Dua pendaki Mongolia hilang bulan ini setelah mencapai puncak Everest dan kemudian ditemukan tewas.
Dua pendaki lagi, satu orang Prancis dan satu orang Nepal, tewas musim ini di Makalu, puncak tertinggi kelima di dunia.
Nepal telah mengeluarkan lebih dari 900 izin untuk pendakian tahun ini, termasuk 419 izin untuk Everest dan menghasilkan pendapatan lebih dari US$5 juta.
Lebih dari 500 pendaki dan pemandu mereka telah mencapai puncak Everest setelah tim pengikat tali mencapai puncak tersebut bulan lalu.
Tiongkok juga membuka kembali rute Tibet bagi orang asing pada tahun ini untuk pertama kalinya sejak ditutup pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19.
Nepal adalah rumah bagi delapan dari 10 puncak tertinggi di dunia dan menyambut ratusan petualang setiap musim semi, ketika suhu hangat dan angin biasanya tenang.
Lebih dari 600 pendaki berhasil mencapai puncak Everest tahun lalu, namun itu juga merupakan musim paling mematikan di gunung tersebut, dengan 18 korban jiwa.
(CNNIndonesia.com)