Riset: Instagram Jadi Platform Utama Pelecehan Seksual Anak
Selisik.id – Instagram disebut sebagai platform utama yang dimanfaatkan jaringan pedofil untuk mempromosikan dan menjual konten soal pelecehan seksual terhadap anak, menurut laporan Universitas Stanford dan Wall Street Journal.
“Jaringan besar yang kemungkinan akunnya dioperasikan oleh anak di bawah umur ini secara terang-terangan mengiklankan materi pelecehan seksual anak yang dibuat sendiri untuk dijual,” kata peneliti dari Pusat Kebijakan Siber di Universitas Amerika Serikat.
“Dengan fitur rekomendasi algoritma dan pesan langsung, Instagram kini menjadi platform penting bagi jaringan ini yang membantu menghubungkan antara penjual dan pembeli.”
Kepada kantor berita AFP, juru bicara Meta pada Kamis (08/06) menyebut bahwa perusahaan itu bekerja secara “agresif” untuk melawan eksploitasi anak dan mendukung kerja keras polisi untuk menangkap para pihak yang terlibat.
“Eksploitasi atas anak merupakan kejahatan yang mengerikan,” kata juru bicara Meta merespons pertanyaan AFP.
“Kita terus aktif mencari cara untuk melawan kegiatan ini dan kami juga telah membuat sebuah tim internal untuk menyelidiki pernyataan ini dan segera menanganinya.”
Tim dari Meta membongkar setidaknya 27 jaringan pelecehan dalam kurun 2020 dan 2022. Pada Januari 2023, mereka telah menonaktifkan lebih dari 490 ribu akun yang dianggap melanggar kebijakan keamanan terhadap anak milik perusahaan teknologi itu, tambah juru bicara Meta.
“Kami berkomitmen untuk meneruskan upaya kami dalam melindungi remaja, penghalangan terhadap penjahat, dan mendukung para penegak hukum untuk membawanya ke pengadilan,” tegasnya.
Menurut data Journal, pencarian sederhana menggunakan kata kunci eksplisit secara seksual terhadap anak mengarah pada sejumlah akun yang menggunakan istilah ini untuk mengiklankan konten yang memperlihatkan kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur.
Sejumlah profil sering “mengklaim hal itu didasari atas keinginan anak tersebut dan menggunakan nama samaran yang bersifat seksual secara terang-terangan,” jelas artikel itu.
Meskipun tidak secara jelas mengatakan bahwa mereka menjual gambar-gambar itu, beberapa akun menyediakan sejumlah fitur menu dengan berbagai pilihan, termasuk kegiatan seksual di beberapa kasus.
Peneliti Stanford juga menemukan adanya penawaran berupa video berunsur perilaku hewan dan menyakiti diri sendiri.
“Bahkan dengan harga tertentu, anak-anak ini juga dapat ditemui secara langsung,” sambung artikel itu.
Pada Maret 2023, dana pensiun dan investasi telah mengajukan komplain terhadap Meta lantaran dianggap “menutup mata” terhadap foto-foto perdagangan manusia dan kekerasan terhadap anak dalam platformnya.
Pada akhir tahun 2022, sebuah teknologi yang diterapkan Meta telah menghapus lebih dari 34 juta konten di Instagram dan Facebook yang berkaitan dengan eksploitasi anak, semuanya secara otomatis, menurut laporan dari perusahaan teknologi Silicon Valley tersebut.
(detikcom)