687
Samarinda – Hujan deras yang melanda kawasan Gang Bulu Tangkis, Jalan Belimau, RT 22, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kaltim sejak Senin (12/5/2025) dini hari mengakibatkan bencana tanah longsor yang menimbun empat rumah warga.
Melansir Kompas.com, salah satu rumah yang terkena longsor dihuni oleh sebuah keluarga yang terdiri dari tiga orang, yang saat kejadian berada di dalam rumah ketika tanah mulai bergeser sekitar pukul 05.00 Wita. Longsor tersebut terjadi di lereng bukit yang dikenal rawan bencana.
Dari empat rumah yang terdampak, satu rumah dalam keadaan kosong, dua lainnya ditinggalkan pemiliknya sebelum tanah runtuh, dan satu rumah lagi tidak sempat diselamatkan.
Mila, seorang saksi mata yang merupakan warga sekitar, menggambarkan suasana mencekam saat peristiwa tersebut terjadi.
“Jam 5 sudah terasa getar tanah. Jam 6 saya dengar suara seperti petir, bergemuruh. Begitu keluar, tanah sudah bergerak turun dengan cepat, hancur. Saya langsung lari,” ungkap Mila, yang berhasil menyelamatkan diri bersama anak-anaknya hanya dengan pakaian di badan dan bertelanjang kaki.
Kondisi tanah yang becek, tebing yang labil, serta akses jalan yang terendam banjir memperlambat upaya penyelamatan.
Tim Basarnas dan BPBD Kota Samarinda baru mulai bergerak efektif setelah menerima laporan pada pukul 08.15 Wita.
Meskipun terkendala cuaca dan medan yang sulit, dua jenazah berhasil ditemukan: Hamdana (50) pada pukul 15.10 Wita dan putranya Nasrul (24) pada pukul 16.24 Wita. Keduanya langsung dievakuasi ke kamar jenazah RSUD AW Sjahranie.
Sementara itu, dua korban lainnya, Nurul Sakira (17) dan Fitri (14), masih dalam pencarian. Suami Hamdana, yang saat kejadian berada di empang, selamat dari bencana tersebut.
Koordinator Pos SAR Samarinda, Mardi Sianturi, menyatakan bahwa proses evakuasi dilakukan dengan bantuan dua eskavator dan satu drone thermal.
Namun, keterbatasan jarak pandang, tanah yang terus bergerak, dan minimnya penerangan menjadi tantangan besar di lapangan.
Kepala Pelaksana BPBD Samarinda, Suwarso, menyampaikan bahwa pencarian korban terpaksa dihentikan sementara pada pukul 18.00 Wita demi keselamatan petugas yang bekerja di lokasi rawan longsor susulan.
“Dua korban sudah kita temukan dalam kondisi meninggal dunia. Pertama ibunya, lalu anaknya. Saat ini sudah dibawa ke RS Abdul Wahab Sjahranie,” kata dia.
Pencarian dua korban yang masih tertimbun akan dilanjutkan pada Selasa (13/5/2025) pukul 08.00 Wita.
Selain faktor keselamatan, lokasi bencana yang minim penerangan juga membuat kegiatan pencarian tidak efektif dilakukan di malam hari.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa curah hujan di Samarinda pada 12 Mei 2025 mencapai 153 mm, yang masuk dalam kategori sangat lebat.
Kawasan Lempake, yang memiliki kontur tanah lemah, kemiringan curam, serta minimnya vegetasi penahan tanah, dinilai rawan longsor susulan.
BPBD juga telah berkoordinasi dengan PLN dan pemuda karang taruna untuk memasang penerangan darurat di sekitar titik longsor, termasuk jalur evakuasi dan area pencarian korban.
Upaya ini bertujuan untuk membantu identifikasi area berbahaya dan lokasi kemungkinan korban tertimbun.
Suwarso menambahkan bahwa dua alat berat tambahan telah didatangkan, termasuk alat ekstrikasi dan rescue car, untuk mempercepat proses evakuasi keesokan harinya.
Sementara itu, dua korban selamat lainnya, Tajudin (45) dan Sarul (22), masih dalam penanganan medis akibat trauma dan shock berat.
Warga diimbau untuk tetap siaga dan segera melaporkan jika ada tanda-tanda pergerakan tanah. Kawasan Belimau, khususnya RT 22, dinyatakan masih berisiko tinggi terhadap longsor lanjutan.